Sabtu, 18 Juni 2011

cerpen gue (cinta ridhatul hamda)


Batas Penantian
by : Rijal
"Ridh tunggu aku ya ...
ucap Dewa sambil menggenggam erat tangan Ridha.
"Aku janji akan datang
menjemputmu setelah semuanya selesai, aku akan berusaha untuk pulang
secepatnya. Ku harap walaupun nanti kita dipisahkan dalam jarak jauh itu semua
tak membuatmu berubah, karna cinta yang ku titipakn untukmu juga ga' akan
pernah berubah ...
ungkapan Dewa dalam luapan hati membuat Ridha tak bisa
membendung air matanya, Ridha menyadari dia harus rela melepas Dewa yang akan
pergi melanjutkan studinya ke Australia dan tinggal disana entah berapa
lamanya. Ridha sedikit merasa gamang, selama tiga tahun mereka bersama kini
harus terpaksa berpisah dalam jarak ribuan kilo.
"Wa... walau gunung dan
hamparan bumi atau lautan samudra yang akan memisahkan kita, percayalah aku ga'
akan pernah melupakanmu. Disini, aku kan selalu menunggumu kembali ...
kan kuukir secercah kenangan kita dalam bingkai yang
tak akan pernah retak ...
ucap Ridha yang begitu melankolis, sebuah kecupan hangat
menghiasi perpisahan itu, Ridha terlihat begitu tegar melambaikan tangannya di
saat pesawat yang akan mengantarkan Dewa ke tanah harapan mulai beranjak terus
mengecil dan menghilang dari pandangan.
"Dewa.... aku janji akan
setia menantimu ..." ucap Ridha lirih.
*****
2
tahun kemudian ...
"Ridh, apakah kamu tetap dalam penantianmu?? Kalau
Dewa memang akan kembali mana kabar berita darinya?? Udah dua tahun dia pergi,
tapi tak pernah mengabari kamu sama sekali entah dimana dia sekarang kamu juga
ga’ tau kan??
Kamu
udah di tinggalin Ridh.!! Apa kamu tetap menunggunya??! Sentak Riyan
berapi-api, Riyan mencoba tuk menggoyah hati Ridha.

Sudah berapa kali Riyan meminta Ridha tuk menjadi pacarnya
tapi Ridha tetap tak bergeming Ridha tetap memilih tuk menunggu Dewa yang akan
datang menjemputnya menuju istana cinta mereka Ridha yakin Dewa ga' kan
melupakannya, Dewa ga' akan melupakan janjinya Dewa ga' akan berubah walau di
kelilingi oleh merpati-merpati yang menggoda. Cuma Ridha selalu miris jika ada
yang menjelek-jelekkan Dewa dihadapannya, bagi Ridha bagaimanapun Dewa dia
tetaplah yang terbaik, gone be the one..
"maafin aku Yan ...
apapun
yang kamu ucapkan aku ga' akan terpengaruh, aku akan tetap menunggu Dewa sampai
Dewa akan datang menjemputku. Aku percaya ma Dewa yang akan datang menemuiku, aku
yakin Dewa pasti akan datang menjemputku walaupun waktu itu entah kapan
datangnya.
Dewa
pasti datang Yan.!! Dia udah janji untuk datang menjempuku, dia ga’ pernah
bohong ma aku.!!! Teriak Ridha sambil mengusap air matanya.
Tanpa
berkata apa-apa lagi Ridha pergi meninggalkan Riyan yang terdiam melihat emosi Ridha
yang begitu meledak. Ridha begitu kecewa dengan semua orang yang seakan
menyalahkannya, Ridha begitu benci dengan semua orang yang selalu berusaha tuk
meruntuhkan kepercayaannya.
“Dewa...
kapan kamu pulang?? Kenapa kamu tinggalin aku tanpa kabar?? pulanglah Wa ...
aku menunggumu disini...ucap Ridha terisak..
Nun jauh disana...
Sesosok
samar berpakaian putih menatap Ridha dengan tertunduk haru ...
Yah,
dalam bergelutnya Dewa dengan studinya di Australia Dewa mengalami sebuah
kecelakan dan meninggal disana, Dewa telah pergi untuk selama-lamanya.
 
Ridh ...
Maafin aku .. aku telah menyiksa dirimu.
Kini aku jauh dan tak akan kembli lagi.
Aku sudah berada di sautu tempat yang tak mengenal lagi kata duka dan
air mata.
Maafkan aku Ridh ...
Penderitaanmu adalah dosaku...





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Aku adalah aku, yang berdiri di padang gersang penuh ilalang.. tempat angin membawakan suara merdu gadis jelita dan suara seruling pemuda sederhana... Junior jelek..!!!!