Kakekku Seorang Pejuang
Oleh : SAHRIZAL
Dor …. Dor …. Bumm …..
Trrrrrrrr….. Nyiuuuuuuuuuuuuuu…. Bummmmmmm……
Ujar kakekku sambil memperagakan bagaimana suasana perang di zaman Jepang dulu.
Masih terbayang diingatanku, kakekku kembali bercerita tentang perjuangannya dimasa penjajah. Akupun tak pernah bosan-bosannya mendengarkan cerita kakekku yang apabila bercerita penuh semangat walaupun sudah beberapa kali aku memintanya untuk menceritakan dengan satu tema yang sama.
Dimana saja kakekku, apakah sedang di kebun, di sawah, di tambak ataupun sedang istirahat, apabila aku datang memintanya untuk cerita dia selalu memenuhi keinginanku dengan tersenyum. Apalagi aku datang dengan membawa beberapa orang teman yang ingin mendengarkan cerita kakekku, dia pasti akan langsung bercerita dengan gayanya yang amat kukenal.
Biasanya di ujung ceritanya kakek, dia membandingkan keadaan sekarang dengan keadaannya dahulu.
"Kini awak alah sanang, kamakan alah sanang ka bapakaian alah sanang ...
kalau gaek dulu pitih banyak tapi nan ka dimakan tu indak ado doh…
takadang diagiah makan nasi bacampua tapuang jo dadak, kok pakaian kami jo sarawa kotok seh itupun ado nan tabuek dari kulik kayu…
Ujar kakekku dengan pandangan yang menerawang jauh.
Terpancar sebuah bara semangat yang tak pernah padam dimatanya. Dimana sela-sela jemari meremas baja dan tembok untuk membangun kedamaian yang terkadang tak pernah disadari bahwa perjuangan belumlah selesai seutuhnya tapi membutuhkan pengisi yang memiliki kesadaran akan arti sebuah perjuangan.
Sekarang kakekku sudah meninggal.
Meninggalkan goresan sejarah dibumi ibu pertiwi.
Kakek meninggal tanpa merasakan indahnya kota sekarang
kakek meninggalkan sepucuk surat cinta yang tak pernah pupus.
Tapi kakek telah menanamkan benih-benih semangat dalam hidupku, semangat kakek tetap membara dihatiku.
Tak pernah sirna …..
Tetap menyala ……
Mengikuti jalan kehidupan menyusuri lorong-lorong gelap.
Menjadi embun disaat semua merasa dahaga.
Menjadi madu disaat semua terasa pahit.
Membuat aku selalu mencari kebenaran disaat semua terasa salah. Yang membuat aku selalu mempunyai harapan disaat semuanya terasa sepi. Yang membuat aku selalu bersinar disaat dunia terasa semakin kelam.
"Kakek…..
sekarang aku sudah besar …
aku hidup disaat tanah kita tercinta digerogoti krisis ekonomi dan moral, tapi apapun yang terjadi disekelilingku, aku tak akan terpengaruh, aku akan tetap berada di dalam cermin hati mencari warna putih diantara goresan rona pelangi.
Aku yakin kakek pasti melihatku disana.
Dia pasti kan tersenyum melihatku.
Melihat semangatnya yang tetap hidup bersamaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar