Jumat, 04 November 2011

Mengapa Para Pemula Bisnis Online Selalu Gagal

Mungkin anda sebagai pemula bisnis online pernah mengalami yang namanya kegagalan dalam berbisnis online, mungkin kegagalan itu terjadi oleh beberapa faktor. Tapi jika anda telah berbisnis online pasti tujuan utamanya adalah mendapatkan penghasilan dari internet? Benar apa tidak......!!!!!!

Masalah yang seringkali terjadi adalah bagaimana seorang pemula akan memulai bisnis onlinenya dari mana awalnya, banyak para pemula bisnis online yang mengganggap ragu apakah bisnis online di internet itu nyata atau benar dan mungkin bisnis online merupakan penipuan di internet.

Berdasarkan fakta yang saya dapatkan, kegagalan dalam bisnis online bagi pemula terjadi oleh beberapa hal yaitu :

1. Bingung Mulai Dari Mana...???
Anda para pemula pasti bingung dalam memulai bisnis online, saya harus mulai dari mana...?? Mungkin kata - kata tersebut ada di dalam hati para pemula bisnis online. Jadi para pemula bisnis online jangan mudah tergiur dengan tawaran - tawaran yang tidak jelas yang mana anda harus fokus dengan suatu bisnis. dicontohkan disini apa bila anda lagi menjalankan suatu bisnis tiba - tiba ada bisnis online lain yang lebih menggiurkan otomatis anda lebih memilih yang lain dan itu terjadi lagi apabila ada bisnis online lain yang lebih bagus, maka dengan tidak fokusnya anda dalam berbisnis online maka anda akan pusing sendiri di lain waktu karena terlalu banyaknya bisnis yang anda jalani. Sebelum itu anda sebagai pemula harus mempunyai program kerja sebelum memulai bisinis online sehingga tidak merasakan kebingungan di kemudian hari.

2. Ingin Mendapatkan Penghasilan Yang Instan Tanpa Mau Bekerja Dan Berusaha
Mungkin ini merupakan contoh utama mengapa para pemula bisnis online selalu gagal,hanya dengan mengharapkan penghasilan yang instan tanpa mau bekerja merupakan hal yang sangat mustahil dan ajaib. Kalau di logikakan mana ada tanpa bekerja dan berusaha kita mendapatkan penghasilan....??? Menurut saya yang namanya bisnis baik itu online maupun offline tidak selamanya hasil yang didapatkan itu instan,seorang pebisnis akan selalu berusaha dan bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan. Semua bisnis itu terdapat tahapan dan proses untuk mencapai sesuatu kesuksesan. Resiko kegagalan tetap berlaku bagi yang namanya berbisnis baik itu bisnis online atau offline.

3. Mudah Menyerah
Ketika seorang pemula bisnis online mengalami kegagalan mereka akan mudah menyerah dan frustasi akan apa yang dia kerjakan. Sebagaimana yang kita ketahui mana ada seorang pemula bisnis online yang langsung sukses tanpa mengalami kegagalan sedikit pun..???? Jadi bagi anda para pemula bisnis online jangan mudah menyerah dalam suatu bisnis online, coba dan berusaha terus untuk mencapai kesuksesan karena kegagalan itu kesuksesan yang tertunda.

Dari beberapa hal di atas mudah - mudahan dapat menjadi bahan masukkan bagi anda para pemula bisnis online, semoga bermanfaat bagi anda para pemula bisnis online. Ingat tanpa ACTION anda tidak akan berhasil.....!!!! Kesuksesan Anda Ada Di Tangan Anda Sendiri.

Rabu, 02 November 2011

Saat hidup menjadi berarti


Oleh: Meyzira

Namaku adalah Hikari. Baru lulus SMA. Aku mempunyai masa lalu yang buruk. Aku ditinggal oleh orang yang kusayangi.

Pagi itu aku menghembuskan nafas. Beberapa detik tertahan, hanya untuk mengingat kata-kata yang pernah terlontar dari mulut Maru. Setahun berlalu sejak kematiannya, aku belum bisa memenuhi janjiku untuk tidak menangis lagi. Sosok Maru yang kini tlah hilang, membuatku jatuh terperosok jauh ke dalam.

Mungkin mereka yang lain takkan pernah mengerti diriku. Sesaat mereka melupakan semuanya. Melupakan kematian Maru. Melupakan segala-galanya. Aku tidak pernah mengira saat itu adalah senyum terakhirnya. Aku sangat menyayangi Maru.

Sekeliling begitu sepi. Aku sendirian. Aku begitu terpuruk. Hanya ada burung-burung yang berkicau. Aku duduk disebuah kursi yang diteduhi pohon sakura. Tempat ini mengingatkanku dengan Maru. Alunan angin menjatuhkan daun-daun bunga Sakura. Seperti daun itu, jatuh. Aku tejatuh. Aku menangis mengingat semuanya.

“Kau kenapa? Kau selalu saja seperti itu. Menangis sendirian.”

Seseorang menghampiriku. Aku berangkat dan berjalan menjauh. Entah siapa dia. Tiap kali datang dan melihatku menangis. Kata-katanya selalu tidak sopan. Aku pulang ke rumah dan langsung masuk kamar. Sesekali keluar hanya untuk ke kamar mandi dan makan. Itulah kebiasaanku sehari-hari. Aku tidak begitu memperdulikan ibuku yang khawatir kepadaku. Tenanglah ibu!

Besok, aku ke tempat itu lagi. Maru, apa kabarmu? Aku tidak ingin berpisah dengan tempat ini. Tiba-tiba terdengar bunyi langkah kaki. Aku menoleh dan berteriak sedikit kesal.

“Kau! Kenapa selalu mengikutiku? Tidak sopan.“

Dia tersenyum. Tenang sekali. Aku sedikit heran.

“Kenapa melihatku seperti itu? Suka ya?”

Aku gelagapan. Sial! Sosok yang mirip sekali dengan Maru.

“Aku tanya, kenapa selalu mengikutiku?”

“Ku lihat kau selalu sedih. Aku ingin menghiburmu.”

“Tidak ada hubungannya denganmu.”

“Kenapa? Tapi lebih baik lupakanlah orang itu.”

Aku terkaget-kaget. Dia tahu dari mana?

“Seharusnya kau bisa mengerti. Dia itu tidak akan bisa hidup lagi. Percuma kau tangisi, Cuma membuang air matamu yang bening itu saja.”

Aku berlari sambil menangis. Entah apa maksudnya dia bicara seperti itu. Aku sakit sekali. Hatiku perih. Laki-laki itu menatap Hikari dengan senyum yang tulus. Beberapa saat kemudian keduanya pun menghilang. Selanjutnya, esok hari aku kembali lagi ke tempat itu. Hanya untuk mencoba bertemu lagi dengan laki-laki kemarin. Tapi, setelah lama menunggu, laki-laki itu belum muncul juga. Yang ada hanya gugurnya daun Sakura yang tertiup angin. Sejuk sekali!

Akhirnya aku pulang. Tapi aku kurang berhati-hati. Ada sebuah mobil melaju dengan kencang menuju aku. Disaat bersamaan muncul laki-laki kemarin. Dia berteriak.

“Aaaaaa. .!” (telat)

Belum selesai dia berteriak awas, aku sudah tertabrak dulu. Tetapi untunglah mobil itu sempat mengerem. Mataku mulai berkunang-kunang dan aku merasa ada yang mengangkat dan membawaku pergi dari tempat itu. Aku pingsan, tanpa mengetahui siapa orang itu.

Setengah jam kemudian aku terbangun dan aku sudah ada di rumahku sendiri.

“Ini minum. Kau tidak apa-apa?,” seseorang menyodorkan minuman.

“Kau? Kenapa kau bisa ada disini? Hmmb. . jangan-jangan. .-“

Belum selesai aku bicara, dia memotong.

“Ya..ya.. aku yang membawamu pulang. Terkejut ya?”

“Tidak. Aku tidak terkejut.”

“Lalu apa?”

“Cuma takut. Wajahmu seram. Hehe..”

“Bohong. Bilang saja kalau kau terkejut.”

Aku mengangguk pelan. Hmmb.. aku belum tahu namanya. Aku pun bertanya.

“Namamu siapa?

“Aku shano. Kau Hikari kan?”

“Dari mana kau tahu namaku?”

“Aku sering memperhatikanmu.”

Shano tersenyum. Tersenyum tulus. Tapi aku tidak begitu memperhatikan dia tersenyum. Lalu ibu datang membawakan makanan.

“Hikari, kau sudah sadar?” tanya ibu.

Aku mengangguk pelan.

“Terima kasih Shano sudah membawa Hikari pulang.”

“Sama-sama. Aku pergi dulu, Bu. ada kerjaan dirumah,” Shano pamit pulang.

“Iya. Sekali lagi terima kasih ya Shano. Sering-sering datang kesini.”

Shano tersenyum. Ibu mengantarnya sampai keluar rumah.

“Hati-hati. .”

“Iya,” Shano berjalan pulang dengan sedikit senang.

Seminggu kemudian aku sudah mulai agak sehat. Tetapi aku tidak bisa menahan diri untuk pergi ke tempat itu lagi. Bagiku, pergi kesana sangat menyenangkan. Walaupun harus membuatku mengingat Maru. Walaupun harus membuatku sedikit sedih. Aku tetap ingin pergi kesana. Karena disanalah tempat aku menemukan kebahagiaan. Disanalah tempat ketika Maru mengajarkanku arti kehidupan. Terima kasih atas 3 tahun yang penuh kebahagiaan.

Aku duduk di kursi. Menghirup udara segar. Seketika hening, terdengar siulan merdu. Kulihat ke kanan. Ternyata Shano. Dia lalu duduk di sebelahku.

“ Sudah sehat?”

“Iya. Apa kabar?”

“Baik. Kenapa kau selalu pergi kesini?”

Aku menundukkan kepala.

“Aku hanya ingin mengingat masa lalu.”

Tiba-tiba Shano berdiri.

“Kalau kau selalu kesini, kau akan semakin terhanyut.”

Aku menangis terisak dan sedikit berteriak.

“Kau tahu apa?”

“Aku tidak tahu. Makanya aku ingin tahu. Asal kau tahu, orang yang mati tidak akan hidup lagi. Untuk apa kau terpuruk? Untuk apa kau lari dari kenyataan? Yang kau perlukan adalah bagaimana cara menghadapi kenyataan tersebut.”

Suara Shano meninggi. Matanya menatapku. Aku terkejut. Aku tidak berani menatap matanya. Aku semakin terisak.

“Dia pasti menginginkanmu bahagia. Bukan seperti ini. Larut dalam kesedihan. Ketahuilah, di dunia ini masih banyak orang yang sayang padamu. Apa kau tidak sadar mereka khawatir? Apa kau tidak pernah mengerti mereka? Mereka bersusah payah untuk membuatmu bahagia. Paling tidak lihatlah sekelilingmu”

Aku berpikir. Memang benar apa kata Shano. Akulah yang bodoh. Selalu mementingkan diri sendiri. Mungkin aku terlalu egois.

“Maafkan aku,” aku membersihkan air mataku dan berdiri. Tanpa ada kata pamit, aku langsung beranjak pulang. Aku ingin meminta maaf pada ibu. Aku ingin meminta maaf pada semua orang.

Semenjak saat itu, aku mulai dekat dengan Shano. Selalu pergi bersama. Hari-hariku mulai indah. Ternyata benar, orang akan bahagia bila kita bahagia. Terima kasih Shano atas semuanya. Terima kasih telah membuatku sadar.

Musim semi mendatang, aku harus pergi ke Paris untuk belajar disana. Rasanya berat sekali meninggalkan Shano. Meninggalkan keluarga. Meninggalkan semuanya. Tapi tidak apa, mereka semua selalu mendukungku, agar aku sukses. Mereka menyayangiku. Aku harus buat mereka bangga. Aku harus membuat diriku menjadi berguna.

Ketika tiba hari keberangkatanku, aku diantar keluargaku ke bandara. Shano juga menyertai keluargaku. Dua jam kemudian, terdengar panggilan bahwa pesawat akan segera diberangkatkan. Aku mengucapkan selamat tinggal. Aku bilang pada mereka, ketika aku pulang nanti aku akan membawakan suatu kebanggaan kepada mereka.

Aku berjalan perlahan. Sayup-sayup suara mereka mulai menghilang. Terima kasih semua telah membuat diriku menjadi berarti.
“Aku menyayangimu, Maru. Aku tidak akan melupakanmu dan semua kenangan tentang kita. Semoga kau bahagia disana. Tuhan, tolong jaga Maru. Terima kasih telah menggantikan Maru dengan sosok yang telah membuat diriku menjadi berharga.”
-***-

===============================================================

Sabtu, 15 Oktober 2011

Antara Leader dan Manager 2


Jika kita mendapat pertanyaan, antara menjadi manajer atau pemimpin (leader), saya yakin jawaban dari sebagian besar anda adalah ingin menjadi pemimpin, karena pemimpin atau leader dianggap lebih dominan dan bergengsi, hal itu tidak salah, namun taukah anda apakah perbedaan manajer dengan leader ????


1. Dalam hal perencanaan
manajer akan merencanakan sesuatu berdasarkan hal-hal yang sifatnya prosedural, teknis, terarah, tegas, dan tidak bertele-tele, namun berbeda dengan pemimpin, pemimpin tidak merencanakan sesuatu karena pemimpin tidak merancang rencana prosedural, pemimpin lebih memiliki visi atau pandangan dalam perencanaannya.

2. Dalam hal pengaruh
manajer memiliki pengaruh hanya dalam batasan formal, yang artinya dia akan memiliki pengaruh ketika dia secara formal diberikan jabatan seorang manajer, sedangkan pemimpin memiliki pengaruh luas, kharismatik, dan energik dalam berpikir, bahkan ketika pemimpin itu sudah tidak jadi pemimpin lagi, pendapat-pendapatnya akan tetap di pertimbangkan dan diutamakan

3. Dalam mengatur sumber daya manusia di organisasinya
Manajer akan memilih untuk memberikan perintah ini dan itu ketimbang menunggu anak buahnya melakukan sesuatu untuknya, misalnya manajer akan cenderung selalu memberikan tugas ini itu dan sebagainya, tugas itu biasanya terkesan menuntut, sedangkan pemimpin justru akan memberikan kekuatan wewenangnya untuk memberdayakan (empowering) anak buahnya, biasanya pemimpin akan menjelaskan keinginan yang berkaitan dengan organisasi dengan anak buahnya, tanpa menjelaskan bagaimana, apa, dan siapa yang harus merealisasikannya, namun justru anak buahnya akan dengan senang hati merealisasikannya untuknya.

4. Dalam mengontrol organisasi dan anak buahnya
manajer akan cenderung malas untuk memberikan perhatian moral dalam mengontrol anak buahnya, namun justru lebih sering memberikan control yang sifatnya prosedural, seperti memberikan sanksi untuk memotivasi anak buahnya yang sudah menunjukkan gejala penurunan performa, hal ini berbeda dengan pemimpin, karena pemimpin (leader) justru akan memberikan kepedulian kepada anak buahnya jika performa anak buahnya menurun.

5. Dalam hal tujuan yang ingin dicapai
manajer memiliki tujuan yang jelas dan memiliki target kuantitatif, yaitu mendapatkan hasil yang sudah digariskan perusahaan atau organisasi miliknya, namun pemimpin akan lebih suka memperbaiki sistem di organisasinya yang ia rasakan kurang atau belum sempurna.

Jadi, sekarang kita dapat mengetahui perbedaan antara manager dengan pemimpin. Bagaiman sekarang, apakah kita tetap memilih untuk menjadi pemimpin ??

Antara Leader dan Manager


Banyak yang tidak bisa membedakan tugas pemimpin (leader) dan manajer. Bagi mahasiswa yang belum memiliki pengalaman organisasi, hal ini wajar. Antara leader dan manager memang memiliki lingkup pekerjaan yang sama, yaitu mengatur organisasi. Namun bila dalam praktik keduanya tidak bisa dibedakan, akibatnya akan fatal.
Dalam organisasi kemahasiswaan, hal ini seringkali terjadi. Organisasi kemahasiswaan seringkali tidak berkembang karena ketuanya hanya berperan sebagai manajer bukan pemimpin. Sang ketua hanya memastikan kegiatan tradisi yang sudah berlangsung tahun-tahun sebelumnya, berjalan kembali tahun ini. Akibatnya, tidak ada perubahan yang berarti pada organisasi tersebut.
Manajemen adalah satu set proses yang akan menjaga sistem agar tetap berjalan dengan baik, sedangkan kepemimpinan adalah satu set proses yang akan membuat organisasi beradaptasi terhadap perubahan. Karena itu, seorang manajer akan menghasilkan efisiensi yang tinggi pada organisasi, sedangkan seorang pemimpin akan membawa perubahan pada organisasi.
Kisah Sukses McDonald’s
Dahulu, McDonald’s adalah sebuah restoran drive-in yang didirikan oleh dua orang kakak beradik bernama Dick dan Maurice. Bisnis mereka sudah cukup sukses pada waktu itu. Penjualan tahunannya mencapai $200.000 dan kedua kakak beradik ini membagi keuntungan $50.000 setiap tahunnya – jumlah sebanyak itu sudah bisa membuat mereka menjadi kaum elit.
Tahun 1948, kakak beradik Dick dan Maurice merasakan bahwa zaman sudah mulai berubah, dan untuk itu pula mereka harus memodifikasi usaha restorannya. Mereka mulai hanya melayani pelanggan yang datang memesan langsung, bukannya pesanan drive-thru, dan segalanya mereka efisienkan. Mereka mengurangi jumlah menu restorannya dan fokus pada hamburger. Mereka meniadakan peralatan makan yang biasa, dan menggantinya dengan peralatan makan berbahan kertas. Biaya produksi dan harga makanan sajian mereka pun menjadi berkurang. Kedua kakak beradik ini bahkan menciptakan apa yang mereka sebut dengan Speedy Service System (Sistem Layanan Cepat). Sasaran mereka adalah memenuhi pesanan pelanggan dalam waktu tiga puluh detik atau kurang. Mereka berhasil! Pada pertengahan tahun 1950-an, omzet tahunan McDonald’s mencapai $350.000 dan ketika itu, Dick serta Maurice berbagi keuntungan kira-kira $100.000 setiap tahunnya.
Kesuksesan ini membuat mereka terpikir, bagaimana seandainya konsep McDonald’s dipasarkan sebagai sebuah waralaba? Gagasan waralaba restoran bukanlah barang baru ketika itu, malah sudah dikenal selama beberapa dekade. Bagi kakak beradik McDonald, ide waralaba ini kelihatannya sungguh menarik. Maka merekapun memulainya pada tahun 1952, dan mereka gagal.
Tahun 1954, kedua kakak beradik ini berjumpa dengan Ray Kroc. Kroc sudah mempunyai perusahaan sendiri, yang menjual mesin pembuat minuman milk-shake. Ia mendengar tentang kisah sukses restoran McDonald’s. Restoran kakak beradik Dick dan Maurice adalah salah satu pelanggan Kroc yang terbaik. Begitu ia mengunjungi restoran McDonald’s, ia mendapatkan visi tentang potensi restoran ini di masa mandatang. Dalam benaknya, ia bisa melihat restoran tersebut ada di berbagai negara, di seluruh penjuru dunia. Maka Kroc pun segera membuat kesepakatan dengan Dick dan Maurice, dan pada tahun 1955, ia membentuk McDonald’s System, Inc. (belakangan diubah namanya menjadi McDonald’s Corporation).
Kroc segera membeli hak waralaba agar ia dapat menjadikannya sebuah model serta prototipe untuk menjual waralaba ini lagi. Ia membentuk sebuah tim dan membangun sebuah organisasi untuk menjadikan McDonald’s sebuah perusahaan berskala nasional. Ia merekrut dan mempekerjakan orang-orang yang paling cerdas yang dapat ia temukan, dan seiring perkembangan timnya, dalam jumlah maupun kapasitas kemampuannya, anggota tim yang baru direkrut dilatih dengan ketrampilan memimpin.
Pada mulanya, Kroc banyak berkorban. Walaupun usianya sudah pertengahan lima puluhan, ia bekerja lembur persis seperti ketika ia baru mulai berbisnis, tiga puluh tahun silam. Selama delapan tahun pertamanya bersama McDonald’s, Kroc tidak menerima upah. Bukan hanya itu, secara pribadi ia bahkan meminjam uang dari bank dengan jaminan asuransi jiwanya untuk menutup upah beberapa staf penting dalam timnya.
Namun pengorbanannya serta kepemimpinannya akhirnya membuahkan hasil. Pada 1961, Kroc membeli hak eksklusif terhadap McDonald’s dengan harga $2,7 juta, dan ia terus berusaha mengubahnya menjadi perusahaan berskala global. Antara tahun 1955 dan 1959, Kroc berhasil membuka 100 restoran. Empat tahun setelahnya, sudah berdiri 500 restoran McDonald’s. Hari ini, McDonald’s telah membuka lebih dari 21,000 outlet di tidak kurang dari 100 negara.
Apakah yang bisa kita pelajari dari cerita di atas? Kita tahu bahwa McDonald bersaudara berhasil membuat restorannya menjadi sangat efisien, dan meningkatkan penjualan serta labanya, tetapi mereka gagal membuat restoran tersebut berkembang. Adapun Ray Kroc, meskipun ia tidak terlibat dalam bisnis McDonald’s dari awal, dengan tangan dinginnya ia berhasil memimpin perusahaannya menjual waralaba McDonald’s ke berbagai pelosok sehingga menjadi restoran siap saji terbesar yang kita kenal sekarang.
Kita bisa mengatakan bahwa Dick dan Maurice bersaudara telah berhasil sebagai manajer McDonald’s dengan sistem yang mereka buat sedemikian efisien, tetapi Kroc-lah yang membesarkan McDonald’s dengan kepemimpinannya. Kroc mampu memilih orang-orang yang tepat untuk bergabung di dalam timnya. Kroc juga berkorban kepada bawahannya demi cita-citanya membesarkan McDonald’s.

Membedakan Leader dan Manajer!

LEADER: Menentukan arah (visi)
Menentukan visi bagi organisasi dan strategi untuk meraih visi tersebut di masa depan

MANAGER: Menyusun rencana dan anggaran
Menetapkan langkah detail dan rencana kerja, serta menempatkan sumber daya untuk meraih visi yang telah ditetapkan

LEADER: Menyelaraskan
Menyampaikan arahan dengan perkataan dan teladan agar anggota tim mengerti dan menerima visi dan strategi yang telah ditetapkan

MANAGER: Mengorganisasikan dan membagi tugas
Menetapkan struktur organisasi dan orang-orang yang mengisi berbagai posisi dalam struktur tersebut.
Membagikan tugas dan tanggung jawab. Menetapkan peraturan dan prosedur sebagai petunjuk kerja. Menciptakan sistem untuk memonitor pekerjaan.

LEADER: Memberikan motivasi dan inspirasi
Memberikan semangat kepada bawahannya agar bisa menyelesaikan masalah khususnya yang paling dasar yaitu kebutuhan manusia

MANAGER: Mengendalikan dan menyelesaikan masalah
Memonitor hasil, mengidentifikasi penyimpangan dan menyelesaikan masalah yang terjadi


Kepemimpinan Kolektif
Baik pemimpin maupun manajer memiliki peran masing-masing. Dalam organisasi kemahasiswaan, biasanya yang berperan sebagai pemimpin adalah ketua organisasi sedangkan manajer adalah ketua bidang atau divisi di bawahnya. Ketua panitia kegiatan pun biasanya hanya berperan sebagai manajer. Mereka harus bisa memastikan tugas yang diberikan oleh sang pemimpin bisa terlaksana.
Kondisi kemahasiswaan saat ini, dengan perkuliahan yang cukup padat dan batas waktu kuliah yang singkat, memungkinkan adanya kepemimpinan kolektif. Kepemimpinan kolektif? Maksudnya setiap orang di dalam organisasi mengambil peran sebagai pemimpin dalam porsinya masing-masing sesuai posisinya. Ketua organisasi akan menetapkan visi bersama di awal, lalu masing-masing ketua bidang atau divisi berinisiatif untuk menjadi pemimpin bagi divisi atau bidangnya masing-masing. Dengan pembagian kerja yang terkoordinasi dengan baik, akan terjadi kesinergisan dalam organisasi tersebut.

Selasa, 04 Oktober 2011

kisah dari cina

Alkisah, ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria berasal
dari keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di kota
tersebut. Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba
kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan inilah
yang membuat sang pria jatuh hati.

Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu mengajaknya menikah,
dengan membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang sudah mereka duga,orang tua sang pria tidak menyukai wanita tsb. Sebagai orang yang
terpandang di kota tsb, latar belakang wanita tsb akan merusak reputasi
keluarga. Sebaliknya, mereka bahkan telah mencarikan jodoh yang sepadan
untuk anaknya. Sang pria berusaha menyakinkan orang tuanya, bahwa ia
sudah menetapkan keputusannya, apapun resikonya bagi dia.

Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria menyakinkan wanita tsb
bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria terus berargumen
dengan orang tuanya, bahkan membantah perkataan orangtuanya, sesuatu
yang belum pernah dilakukannya selama hidupnya (di zaman dulu, umumnya
seorang anak sangat tunduk pada orang tuanya).

Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk orang tuanya agar
menerima calon istrinya. Sang orang tua juga stress karena gagal
membujuk anak satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tsb, yang menurut
mereka akan sangat merugikan masa depannya.

Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin lari. Ia memutuskan
untuk meninggalkan semuanya demi sang kekasih. Waktu keberangkatan pun
ditetapkan, tetapi rupanya rencana ini diketahui oleh orang tua sang
pria. Maka ketika saatnya tiba, sang ortu mengunci anaknya di dalam
kamar dan dijaga ketat oleh para bawahan di rumahnya yang besar.

Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang telah ditentukan
sepasang kekasih tsb untuk melarikan diri. Sang wanita sangat terkejut
dengan kedatangan ayah dan ibu sang pria. Mereka kemudian memohon
pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan anak mereka satu-satunya.

Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial yang sangat besar,
perkawinan mereka hanya akan menjadi gunjingan seluruh penduduk kota,
reputasi anaknya akan tercemar, orang2 tidak akan menghormatinya lagi.
Akibatnya, bisnis yang akan diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut
secara perlahan2.

Mereka bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan permohonan
agar wanita tsb meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan anaknya
lagi, dan menggugurkan kandungannya. Uang tsb dapat digunakan untuk
membiayai hidupnya di tempat lain.

Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia sadar bahwa
perbedaan status sosial yang sangat jauh, akan menimbulkan banyak
kesulitan bagi kekasihnya. Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan kota ini,
tetapi menolak untuk menerima uang tsb. Ia mencintai sang pria, bukan
uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar, jalan hidupnya ke depan akan
sangat sulit?.

Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tsb untuk meninggalkan
sepucuk surat kepada mereka, yang menyatakan bahwa ia memilih berpisah
dengan sang pria. Ibu sang pria kuatir anaknya akan terus mencari
kekasihnya, dan tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. "Walaupun ia
kelak bukan suamimu, bukankah Anda ingin melihatnya sebagai seseorang
yang berhasil? Ini adalah untuk kebaikan kalian berdua", kata sang ibu.

Dengan berat hati, sang wanita menulis surat. Ia menjelaskan bahwa ia
sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia sadar bahwa
keberadaannya hanya akan merugikan sang pria. Ia minta maaf karena telah
melanggar janji setia mereka berdua, bahwa mereka akan selalu bersama
dalam menghadapi penolakan2 akibat perbedaan status sosial mereka. Ia
tidak kuat lagi menahan penderitaan ini, dan memutuskan untuk berpisah.

Tetesan air mata sang wanita tampak membasahi surat tersebut.

Sang wanita yang malang tsb tampak tidak punya pilihan lain. Ia terjebak
antara moral dan cintanya. Sang wanita segera meninggalkan kota itu,
sendirian. Ia menuju sebuah desa yang lebih terpencil. Disana, ia
bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.

Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi seorang
ibu. Anaknya seorang laki2. Sang ibu bekerja keras siang dan malam,
untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia bekerja di
sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2 tetangga dan
menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia melakukan semua
pekerjaan ini sambil menggendong anak di punggungnya.

Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak
memungkinkan, karena ia harus berada di sisi anaknya setiap saat. Tetapi
sang ibu tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya...

Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba2 sakit keras. Demamnya
sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tsb harus
menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah
menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini,
dan itupun belum cukup. Ibu tsb akhirnya juga meminjam ke sana-sini,
kepada siapapun yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman.

Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk membuat sup
ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tsb terdiri dari
obat2 herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi
sang ibu hanya mampu membeli obat2 herbal tsb, ia tidak punya uang
sepeserpun lagi untuk membeli daging. Untuk meminjam lagi, rasanya tak
mungkin, karena ia telah berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan
belum terbayar.

Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa,
untuk mendapatkan daging. Toko daging di desa tsb telah menolak
permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat gajian.

Diantara tangisannya, ia tiba2 mendapatkan ide. Ia mencari alkohol yang
ada di rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotong kain. Setelah pisau
dapur dibersihkan dengan alkohol, sang ibu nekad mengambil sekerat
daging dari pahanya. Agar tidak membangunkan anaknya yang sedang tidur,
ia mengikat mulutnya dengan sepotong kain. Darah berhamburan. Sang ibu
tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri, sambil berusaha tidak
mengeluarkan suara kesakitan yang teramat sangat?..

Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan kesakitan sang
ibu tidak terdengar oleh para tetangga, terutama oleh anaknya sendiri.
Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang
sedang dilakukan oleh sang ibu ............ .

Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang
tampan, cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang ibunya. Di
hari minggu, mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain
bersama, dan bersama2 menyanyikan lagu "Shi Sang Chi You Mama Hau"
(terjemahannya "Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang baik").

Sang anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja sebagai penjaga
toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari.

Hari2 mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak
terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya menyuci di malam
hari. Ia tahu ibunya masih menyuci di malam hari, karena perlu tambahan
biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang cerdas.

Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia berniat
membelikan sebuah jam tangan, yang sangat didambakan ibunya selama ini.
Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak setelah
pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu sederhana, tidak
terlalu mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak
keperluan lain yang perlu dibiayai.

Sang anak segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia
meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan tsb, karena
ia akan membelinya bulan depan. "Apakah kamu punya uang?"
tanya sang pemilik toko. "Tidak sekarang, nanti saya akan punya", kata
sang anak dengan serius.

Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk membeli jam tangan
tsb. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main2.

Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya "Dari mana kamu
mendapatkan uang itu? Bukan mencuri kan?". "Saya tidak mencuri, kakek.

Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik becak pulang
pergi ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang
dari sekolah ke rumah, uang jajan dan uang becaknya saya simpan untuk
beli jam ini. Kakiku sakit, tapi ini semua untuk ibuku. O ya, jangan
beritahu ibuku tentang hal ini. Ia akan marah" kata sang anak. Sang
pemilik toko tampak kagum pada anak tsb.

Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang anak
segera memberikan ucapan selamat pada ibu, dan menyerahkan jam tangan
tsb. Sang ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam
tangan ini memang adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba2 tersadar, dari
mana uang untuk membeli jam tsb. Sang anak tutup mulut, tidak mau menjawab.

"Apakah kamu mencuri, Nak?" Sang anak diam seribu bahasa, ia tidak ingin
ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut.

Setelah ditanya berkali2 tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa
anaknya telah mencuri. "Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri.
Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang hal ini?" kata sang ibu.

Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun ibu sayang
pada anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak menangis,
sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu
perih, karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia harus
melakukannya, demi kebaikan anaknya.

Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga menuju ke rumah
tsb heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui kejadiannya. "Ia
sebenarnya anak yang baik", kata salah satu tetangganya.

Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah salah
satu tetangganya yang merupakan familinya.

Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu.
Ketika mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk
menjelaskan. Tetapi tiba2 sang anak berlari ke arah pemilik toko, memohon
agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya.

"Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan tidak boleh
menyembunyikan sesuatu dari ibunya". Sang anak mengikuti nasehat kakek
itu. Maka kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak
tiba2 muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk menyimpan
jam tangan tsb, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul
siang tadi di tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya.
Ia juga menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya
pulang ke rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk
mengumpulkan uang membeli jam tangan kesukaan ibunya.

Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai menjelaskan hal tsb,
begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk anak
kesayangannya, keduanya menangis dengan tersedu-sedu."Maafkan saya, Nak."

"Tidak Bu, saya yang bersalah".............. ..

Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah menikah, tetapi
istrinya mandul. Mereka tidak punya anak. Sang ortu sangat sedih akan
hal ini, karena tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak.

Ketika sang ibu dan anaknya berjalan2 ke kota, dalam sebuah kesempatan,
mereka bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang ayah baru menyadari
bahwa sebenarnya ia sudah punya anak dari darah dagingnya
sendiri. Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung
semua biaya hidup mereka, tetapi sang ibu menolak. Kami bisa hidup
dengan baik tanpa bantuanmu.

Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka begitu
ingin melihat cucunya, tetapi sang ibu tidak mau mengizinkan.

Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter
mengatakan bahwa penyakit sang anak butuh operasi dan perawatan yang
konsisten. Kalau kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya.

Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan sebelumnya. Tetapi
biaya medis tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya.

Sang ibu kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak menemukan solusi yang
tepat. Satu2nya jalan keluar adalah menyerahkan anaknya kepada sang
ayah, karena sang ayahlah yang mampu membiayai perawatannya.

Maka di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak anaknya berkeliling
kota, bermain2 di taman kesukaan mereka. Mereka gembira sekali,
menyanyikan lagu "Shi Sang Chi You Mama Hau", lagu kesayangan
mereka. Untuk sejenak, sang ibu melupakan semua penderitaannya, ia
hanyut dalam kegembiraan bersama sang anak.

Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan keadaannya pada sang anak. Sang anak
menolak untuk tinggal bersama ayahnya, karena ia hanya ingin dengan ibu.
"Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak" kata
ibu. "Tidak apa2 Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila
bisa bersama2 dengan ibu. Bila sudah besar nanti, saya akan cari banyak
uang untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti, ibu tidak perlu
bekerja lagi, Bu", kata sang anak. Tetapi ibu memaksa akan berkunjung ke
rumah sang ayah keesokan harinya. Penyakitnya memang bisa kambuh setiap
saat.

Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat
senang melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak pulang, sang
anak meronta2 ingin ikut pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan
mainan kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama
ibunya, sang anak menolak. "Saya ingin Ibu, saya tidak mau mainan itu",
teriak sang anak dengan nada yang polos. Dengan hati sedih dan menangis,
sang ibu berkata "Nak, kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di
sini. Ayah, kakek dan nenek akan bermain bersamamu." "Tidak, aku tidak
mau mereka. Saya hanya mau ibu, saya sayang ibu, bukankah ibu juga
sayang saya? Ibu sekarang tidak mau saya lagi", sang anak mulai menangis.

Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tsb tidak
didengarkan anak kecil tsb. Sang anak menangis tersedu2 "Kalau ibu
sayang padaku, bawalah saya pergi, Bu". Sampai pada akhirnya, ibunya
memaksa dengan mengatakan "Benar, ibu tidak sayang kamu lagi. Tinggallah
disini", ibunya segera lari keluar meninggalkan rumah tsb. Tampak
anaknya meronta2 dengan ledakan tangis yang memilukan.

Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu
menyayat hati, ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan
menjenguk anaknya, tetapi mereka berjanji akan merawat anaknya dengan
baik. Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti hidup ini lagi.
Ia telah kehilangan satu2nya alasan untuk hidup, anaknya tercinta.

Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk memotong urat
nadinya. Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa anaknya mungkin
tidak akan diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup untuk
mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik. Segera, niat bunuh
diri itu dibatalkan, demi anaknya juga.......... ..

Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain, mendapatkan kerja
yang lebih baik lagi. Sang anak telah sehat, walaupun tetap menjalani
perawatan medis secara rutin setiap bulan.

Seperti biasa, sang anak ingat akan hari ulang tahun ibunya.

Uang pun dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah
mengumpulkannya. Maka, pada hari tsb, sepulang dari sekolah, ia tidak
pulang ke rumah, ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal ibunya,
yang memakan waktu beberapa jam. Sang anak telah mempersiapkan setangkai
bunga, sepucuk surat yang menyatakan ia setiap hari merindukan ibu,
sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian yang sangat
bagus. Ia akan memberikan semuanya untuk ibu.

Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang kecil menuju
rumahnya. Tetapi ketika sampai di rumah, ia mendapati rumah ini telah
kosong. Tetangga mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada yang tahu
kemana ibunya pergi. Sang anak tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk di
depan rumah tsb, menangis "Ibu benar2 tidak menginginkan saya lagi."

Sementara itu, keluarga sang ayah begitu cemas, ketika sang anak sudah
terlambat pulang ke rumah selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah
mengatakan semuanya sudah pulang. Semua tempat sudah dicari, tetapi
tidak ada kabar.

Mereka panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang juga sangat terkejut.
Polisi pun dihubungi untuk melaporkan anak hilang.

Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba2 ia teringat sesuatu. Hari
ini adalah hari ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya.
Anaknya mungkin pulang ke rumah. Maka sang ayah dan sang ibu segera naik
mobil menuju rumah tsb. Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang
tahun, setangkai bunga, nilai ujian yang bagus, dan sepucuk surat
anaknya. Sang ibu tidak mampu menahan tangisannya, saat membaca tulisan2
imut anaknya dalam surat itu.

Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tsb, tanpa
mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah. Kemudian sang ibu
membakar dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kuan Im, sambil menangis
ia memohon agar bisa menemukan anaknya.

Seperti mendapat petunjuk, sang ibu tiba2 ingat bahwa ia dan anaknya
pernah pergi ke sebuah kuil Kuan Im di desa tsb. Ibunya pernah berkata,
bahwa bila kamu memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im
yang welas asih. Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu, jika niat kamu baik.

Ibunya memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil tsb untuk
memohon agar bisa bertemu dengan dirinya.

Benar saja, ternyata sang anak berada di sana. Tetapi ia pingsan,
demamnya tinggi sekali. Sang ayah segera menggendong anaknya untuk
dilarikan ke rumah sakit. Saat menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh
dari tangga, dan berguling2 jatuh ke bawah.......... ..

Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki bangku
kuliah. Ia sering beradu mulut dengan ayah, mengenai persoalan ibunya.
Sejak jatuh dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan. Sang anak
telah banyak menghabiskan uang untuk mencari ibunya kemana2, tetapi
hasilnya nihil.

Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama
dengan teman wanitanya. Mereka tampak serasi. Saat melaju dengan mobil,
di persimpangan sebuah jalan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang
mengemis. Ibu tsb terlihat kumuh, dan tampak memakai tongkat. Ia tidak
pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajahnya kumal, dan ia tampak
berkomat-kamit.

Di dorong rasa ingin tahu, ia menghentikan mobilnya, dan turun bersama
pacar untuk menghampiri pengemis tua itu. Ternyata sang pengemis tua
sambil mengacungkan kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap dengan
lemah "Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?"

Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari, ia segera
menyanyikan lagu "Shi Sang Ci You Mama Hau" dengan suara perlahan, tak
disangka sang pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah.
Mereka berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang
selalu menyanyikan lagu tsb saat ia kecil, sang anak segera memeluk
pengemis tua itu dan berteriak dengan haru "Ibu? Ini saya ibu".

Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang anak, lalu
bertanya, "Apakah kamu ??..(nama anak itu)?" "Benar bu, saya adalah anak
ibu?".

Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur membasahi
bumi ............... .

Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur kepalanya menjadi
hilang ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun terus mencari
anaknya, tanpa peduli dengan keadaaan dirinya. Sebagian orang
menganggapnya sebagai orang gila.


-------------
Perenungkan untuk kita renungkan bersama-sama:

Dalam kondisi kritis, Ibu kita akan melakukan apa saja demi kita.
Ibu bahkan rela mengorbankan nyawanya..
Simaklah penggalan doa keputusasaan berikut ini, di saat Ibu masih muda,
ataupun disaat Ibu sudah tua :


1. Anakku masih kecil, masa depannya masih panjang.
Oh Tuhan, ambillah
aku sebagai gantinya.

2. Aku sudah tua, Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.

Diantara orang2 disekeliling Anda, yang Anda kenal, Saudara/I kandung
Anda, diantara lebih dari 6 Milyar manusia, siapakah yang rela
mengorbankan nyawanya untuk Anda, kapan pun, dimana pun, dengan cara
apapun ...........


Tidak diragukan lagi "Ibu kita adalah Orang Yang Paling Mulia di dunia ini"

(Ada sebuah tindakan yang dapat Anda lakukan, bila Anda beruntung (Ibu Anda masih ada di dunia ini),
ajaklah ia untuk keluar makan atau jalan2 MALAM INI JUGA. Jangan
ditunda2. Bila Ibu Anda tinggal di tempat yang terpisah jauh dengan
Anda, telponlah dia malam ini juga, just to say "hello". Catatlah hari
ulang tahunnya, rayakan, dan bahagiakan)

dangdut (air mata tiada arti)

download

wind of change (scorpion)

download

dangdut (di tinggal mentah mentah)

download

dangdut (stasiun balapan)

download

dangdut (doa suci)

download

dangdut (delima)

download

dangdut (jangan tinggalkan aku)

download

download dangdut jadul

ingat waktu susah

Minggu, 25 September 2011

Air mata untuk adikku


Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit.

Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Yang mencintaiku lebih daripada aku mencintainya.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku.

Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"

Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!" Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan napas.

Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami.
Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.

Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas provinsi.

Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik,hasil yang begitu baik" Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku."

Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"

Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang.

Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya. Kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini."

Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga.

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!" Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir.

Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?" Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku.

Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan membalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya.

"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan." Ditengah kalimat itu ia berhenti.

Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa.

Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu saja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini." Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku di atas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar --ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?" Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa berpikir ia menjawab, "Kakakku."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, SD itu berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.
Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.


catatanku:
ingatkah engkau wahai adikku, ketika engkau masih kecil engkau sangat di manja.
semua apa yang kau pinta harus kau dapatkan..
pada suatu ketika, aku mendapatkan mainan baru.
tiba-tiba engkau ingin memilikinya juga.
aku merasa kesal sekali, waktu itu yang ada dalam fikiran kecilku "kenapa sih, semua kepunyaanku di pinta oleh adikku.?"
aku ga mau mengasihkannya padamu.
engkau menangis tersedu2 tapi ga membuat hatiku goyah karna mainan itu baru beberapa menit ditanganku.
ahirnya emak kita datang dan ikut membujukku agar aku memberikan mainan itu padamu.
aku menangis.!!
kenapa sih semua orang membelamu.??????
aku tak kuat menahan diri, ahirnya mainan itu aku hancurkan di hadapanmu n di hadapan emak kita..
apa yang kudapat setelah itu.??
penyesalan yang tiada ahir, sehingga menjadi penyakit bagi diriku.
aku bahkan sering bermimpi tentang mainan yang telah aku hancurkan yang seharusnya aku berikan padamu.
maafkan aku wahai adikku..........
walaupun aku sering membuat kau malu.
walaupun sering aku membuat kau marah.
jauh di lubuk hatiku aku sangat menyayangimu..
walaupun aku terkadang berlagak cuek, tapi rinduku padamu tak pernah luntur sejenakpun.
sampai sekarang wahai adikku..
penyesalan tentang mainan yang ku hancurkan itu masih melekat kuat di ingatanku.
aku sayang kamu.

Sabtu, 17 September 2011

Ibu : Selalu Tercium Aroma Rindu

oleh bidadari_Azzam Krakow, 22 desember 2010


Bahaz Ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku bertanya: Wahai Rasulullah, kepada siapa aku berbuat kebaikan? Beliau bersabda, “Ibumu.” Aku bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau bersabda, “Ibumu.” Aku bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau bersabda, “Ibumu.” Aku bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Beliau bersabda: “Ayahmu, lalu yang lebih dekat, kemudian yang lebih dekat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Hadits itu selalu tertanam dalam hati ini, namun sosok ibu yang mendidikku bukanlah ibu yang ‘kege-eran’ dengan kalimat indah itu. Beliau selalu menasehati kami untuk bersikap adil dan jujur dalam kegiatan sehari-hari, termasuk saat memposisikan diri berdiskusi di depan ayah dan ibu, tak melulu harus menaati bulat-bulat perintah ayah dan ibu, apalagi jika kami memiliki alasan dengan sudut pandang berbeda—orang tuaku sangat menghargai masukan dan ide dari anak-anaknya.

Jadi, kalimat bahwa “Saya sekarang adalah ibu, yang harus selalu terus belajar tentang kesabaran dan keikhlasan, terutama belajar dari anak-anak sebagai amanah dari Rabbku”, bukanlah sebait kata yang baru muncul di era modern ini, melainkan sebuah kalimat yang merupakan warisan turun-temurun, sosok ibuku adalah salah satu ibu yang mewariskan kesejatian resapan makna kalimat itu.

Ibuku tersayang, dulu di usia ke enam tahun, saya menangis terus-terusan, di rumah, di taman, di sekolah, hingga para guru dan teman-teman bertanya ada apa gerangan? Jawabku, “ibuku di rumah sakit, hu..hu…hu….” kenapa saya tidak boleh ikutan berada di rumah sakit, begitu pikirku. Namun ternyata tiga hari dari situ, saya dan kakak-kakakku diajak menengok ibu, namun hanya mengintip dari jendela ruangan, ternyata ibu sehat-sehat, perut gendutnya sudah rata, dan keesokan harinya beliau pulang ke rumah bersama hadiah baru buat kami, yaitu adinda yang jelita. Lucu sekali, dulu saya benar-benar tak mengerti akan hal itu, dan memutuskan untuk mejadi pengamat saja. Kuamati betapa telatennya ibu menimang, mengganti popok, menyusui adik. Dan berarti waktu saya masih bayi, sebegitu pula merepotkan ibu.

Peristiwa bergulir setiap hari, dan ibu selalu ada di sisi ini. Al-Ummu Madrasah (ibu adalah sekolah), benar-benar hal itu telah kualami sendiri. (maafkan jika ada teman yang jadi cemburu akan kebahagiaanku ini), bahkan ibuku sendiri tak mengalami kebersamaan yang lama dengan ibu kandungnya. Nenekku meninggal dunia tatkala ibu masih balita. Dan saya tahu beratnya hari-hari ibu sepeninggal almarhumah, ibu melalui masa-masa penjajahan, juga masa saat komunis berjaya, untungnya pemuda-pemuda kampung beliau sangatlah cinta pada Islam, masih menjaga dan memagari diri dari jeratan paham komunis. Namun di dua kampung sebelahnya, setiap malam ada ‘pesta neraka’, begitu cerita ibu, laki-laki dan perempuan membuka busana dan menikmati minuman keras. Sehingga orang kampung tersebut tidak diizinkan memasuki kampung ibu.

rindu ibu, kasih sayang ibuIbu menceritakan segala hal padaku, mendongeng sebelum tidur, menemani belajar malam, dan di tiap sela waktu berbelanja, atau saat bepergian selalu ada saja ilmu baru yang beliau sampaikan. Ibu pernah menjalani hari bersama beberapa ibu tiri, ibu asrama yang super cerewet, juga dengan bibi yang kurang berakhlaq baik. Namun semua orang itu menyatakan salut dan bangga akan kesabaran dan keuletan ibuku saat melalui hari bersama mereka. Bahkan sebelum saya menikah, ayahku sendiri yang mengatakan terus terang, saat itu ayah dan saya hanya bercakap berduaan, “Ibumu adalah favorit. Ibumu adalah mbak favourite, adik favourite, mantu favourite… semua orang dalam keluarga besar kita selalu mem-favouritekan beliau”, seolah ayah mengiringi pesan agar mencontoh ibu bila ingin dicintai seisi keluarga.

O, ibu… Puji syukur pada Allah SWT, engkau ada di sisiku hingga mengantarkan diri ini menjadi seorang ibu pula. Ibu, bukan guru kelas 1 SD yang mengajariku Alphabet ABC pertama kalinya, melainkan engkau, bu… Bukan pula para ustadzah di masjid yang mengajariku alif, baa, taa, melainkan engkau bu… Di era 80-an, para tetanggaku banyak yang memiliki anak banyak, dan sejujurnya ada rasa salut pada semua ibu tetanggaku itu. Bayangkan, ada yang punya anak 20 orang, tapi sekarang anaknya semua jadi orang sukses! Ragam profesi sang anak, dokter, pengusaha, insinyur, bahkan menjadi gubernur, dll. Ibuku juga pernah berdiskusi pada kami anak-anaknya, di zaman ini sudah berbeda, sebagai contoh media massa, elektronik, kecanggihan teknologi yang memiliki sisi mudharat pula, bisa mengakibatkan hancurnya keluarga kecil yang ‘hanya punya anak dua’. Banyak contoh nyata di lingkungan sekitar kita. Sehingga ibu menyarankan untuk benar-benar mengoptimalkan peran sebagai orang tua yang telah diamanahi anak-anak olehNYA.

O, ibu… Keenam anakmu telah berjauhan, barulah sekarang saya mengerti kalimat kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah, untuk menikmati masa bersama ibu, kami anakmu harus mengatur jadwal cuti dulu! Hiks, padahal dulu waktu kami kecil, ibu selalu ada di sisi kami ini. Ibuku multitalenta. Ibu yang membuat baju-baju kami sendiri, semua bajuku dan kakakku sedari bayi sampai usia kanak-kanak, ibulah yang menjahitnya. Bahkan saat kami sudah dewasa, terkadang dijahitkan baju pula olehnya. Kalau lem-ku untuk kerajinan tangan habis, ibu membuat lem sendiri dengan tepung. Lem memang sering habis karena sejak SD hingga SMU saya memiliki ribuan sahabat pena, lem dipergunakan untuk membuat kartu-kartu dan amplop.

Ibu bisa memasak semua jenis makanan, terutama pempek kapal selam kesukaan kami. Ibu rajin membuat kudapan, maklumlah anak-anaknya doyan makan. Tangan ibu bagiku adalah super hebat, lebih dari sekedar tangan superwoman yang di film kartun itu! Tangan beliau yang hanya dua, namun menguruskan isi perut anggota keluarga berdelapan, bekal-bekal kerja ayah dan bekal makan siang kami di sekolah, ibu yang menyiapkannya. Saat kakak-kakak sudah lebih besar, ibu ajarkan untuk membantu beliau mengoordinir para adik, subhanalloh ibuku pandai ‘ilmu management!’ Ibu yang mengajari kami membaca qur’an dengan tartil, menghafal juz amma sedari balita, dan kalau kami sudah khatam qur’an, ibu akan membuat nasi komplit dengan lauk yang enak serta dibagi-bagikan pula pada tetangga.

Kalau keadaan perekonomian kurang baik, maklumlah saat semua anak harus sekolah dan les tambahan sementara gaji ayah pas-pasan, dulu ibu turun tangan menjajakan kue-kue di beberapa kedai, menerima pesanan makanan, dan jahitan busana muslim, walhamdulillah hal ini sukses besar. Dan ayah sendiri yang meminta ibu untuk berhenti jualan setelah beberapa lama kemudian karena melihat betapa padatnya jadwal ibu dan tentulah khawatir keletihan. Ibuku pandai menyesuaikan diri dalam kondisi apapun.

Walaupun kami pernah bandel, misalnya saat saya dan kakak bersembunyi di bawah kolong tempat tidur karena tidak hafal suatu surat dalam Al-Qur’an dan takut ‘disabet rotan’, maka ternyata hingga sore ibu bukanlah marah… melainkan beliau menangis tersedu-sedu karena mengkhawatirkan kami, oh, ibu… padahal kami di kolong tempat tidur, sibuk makan biskuit tanpa memperdulikan kekhawatiranmu. Contoh lain saat kakakku berantem dan nilai sekolahnya merosot, ibu tetaplah dengan lemah-lembut memberikan nasehat. Sikap-sikap lembut ibu serta kesabarannya bagi kami adalah ‘ketegasan sejati’, ‘ilmu psikologi’ yang hadir dari cinta sejati seorang ibu!

Ibuku tak pernah sekali pun mengatakan, “masa’ sih kamu gak bisa…?”, walaupun secara fakta banyak hal yang saya tidak bisa, dalam arti tidak memiliki keahlian sehebat dirinya. Saya tidak bisa menjahit baju-baju buat cucumu, ibu… namun kata ibu, “yah, zaman sekarang kan baju-baju yang dijual tuh lucu-lucu, harganya juga murah meriah, gak apa-apa beli aja, nak…”, dengan ringannya kalimat itu menghiburku. Saya tidak lincah di dapur, kalau motong-motong —sering terkena pisau, kalau menggoreng— sering terpercik minyak, motong bawang—banjir air mata, mengupas sayur dan buah pun ‘acak-acakan’, selain itu memang ada rasa takut melihat beberapa benda di dapur, namun ibu menyemangati, “Semua bisa dipelajari… pelan-pelan aja, trus kan sekarang juga sudah ada alat pemotong bawang, alat-alat memasak sudah banyak yang modern, yang penting masaklah dengan bumbu cinta, pasti enak deh…”, dan memang kenyataannya apapun masakanku, laris manis dihabiskan oleh semua anggota keluarga, Alhamdulillah.

Ooh, ibu… saya paling ingat akan nasehatmu, bahwa seorang ibu memiliki posisi penting dalam kemajuan generasi. Ibu dan ayah adalah teman sejati yang bekerja sama menuju keridhoanNYA, ayah mengurus hal-hal di luar rumah, ibu mengatur hal-hal di dalam rumah, namun seringnya ada peristiwa-peristiwa yang juga mengharuskan ayah atau ibu saling membantu urusan keduanya. Salah besar jika ada orang yang mencemooh profesi full-time mom. Sosok tersebut memang harus selalu mondar-mandir dapur, sumur, kasur, namun pernahkah kalian terbayang bahwa ketiga tempat itu memang tempat paling nyaman dalam rumah tangga? Ibu harus menjaga halalan thoyyiban segala jenis makanan di dapur, nantinya akan dimakan oleh seluruh anggota keluarga. Salah satu efek jika dapur tidak terjaga kehalalannya, ingatlah Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah tumbuh daging dari makanan haram, kecuali neraka lebih utama untuknya.” (HR At Tirmidzi)

Ibulah yang mengatur keuangan keluarga, ternyata ibuku juga ‘akuntan’ yang baik. Kalau urusan sumur, alias cucian tidak beres, baju sekolah, baju kantor ayah, dll, pastilah tidak rapi. Penampilan ayah dan anak-anak yang rapi, bersih pakaian sedari topi atau kerudung hingga kaos kaki dan sepatu, semua jadi kinclong bersinar karenamu, ibu. Ruangan kamar mandi harus rajin disikat, disiram pembersih agar bakteri-bakteri kabur, betapa pentinganya ‘sumur’ mejaga kesehatan keluarga. Kadang-kadang kami malas membantu ibu, maafkan kami yah bu… Dan saat telah menjadi seorang ibu, betapa Saya merasakan ‘beratnya’ tugasmu, duhai Ibu…

Urusan kasur alias ruangan kamar yang jadi tempat ternyaman buat seisi keluarga melepas lelah pun diperhatikan dengan teliti oleh ibu. Ruang kamar harus selalu bersih, harum, rapi terutama dibereskan sebelum tidur dan saat bangun pagi. Dahulu seprai kasurku sering terkena coretan pena dan pensil, sebab saya hobi mengerjakan Pe-Er di kasur, sering tak sengaja menumpahkan minyak angin atau tinta pula, dan ibu dengan cekatan membersihkannya. Salut padamu, duhai ibu, sementara saya saat ini mengandalkan ‘jasa laundry’ kalau kesusahan mengurusi kain-kain kotor. Dan ibu berujar, “baguslah… kan kalau jaket dan jas memang lebih baik di-laundry, seprai dan selimutmu juga tebal-tebal, dananya juga ada, hitung-hitung khan bantuin tukang laundry juga dalam mencari rezeki…”, tak pernah habis kutulis tentang sosok beliau, sebab sosok ibuku adalah pengukir hidupku, sentuhan cintanya tak dapat kurangkum melalui kata-kata belaka.

Sembilan tahun lalu, sosok sholeh calon pendampingku berkata pada ibu, “bu… saya punya ibu yang berbeda denganmu. Ibuku harus berkarir karena keadaan menuntut hal itu, Saya tak pernah disusui, tak pernah diajari sholat, puasa, bahkan mengaji, Saya tidak merasakan hal yang sama seperti yang anak-anakmu rasakan. Maka saat ini ketika keadaan saya sudah memahami cahaya Islam dengan baik, saya mohon supaya ibu ridho jika istriku ini kelak tidaklah bekerja di kantor sesuai gelar sarjananya, karena saya hanya ingin anak-anakku kelak tidak bernasib sama sepertiku…”, air mata mereka mengalir bersama, tidaklah semua wanita berjiwa ‘IBU’, dan ibu mengangguk setuju serta meyakinkan calon menantunya bahwa selama kepemimpinan kepala keluarga adalah sejalan dengan aturan Allah SWT, maka sang istri harus menaatinya.

Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Kaum wanita datang menghadap Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bertanya, ‘Ya Rasulullah, kaum pria telah pergi dengan keutamaan dan jihad di jalan Allah. Adakah perbuatan bagi kami yang dapat menyamai ’amal para mujahidin di jalan Allah?’ Maka Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa di antara kalian berdiam diri di rumahnya maka sesungguhnya ia telah menyamai ’amal para mujahidin di jalan Allah’.” (HR. Al-Bazzar)

Oh, ibu… syukurku padaNYA atas keberadaan ibu disisiku, hingga hari ini masih terus mengajari banyak hal padaku, saat sosok lain runtuh, maka engkau tetap kokoh dan teguh. Saat yang lain berbual, maka engkau tetap memelihara kejujuran. Saat yang lain tergoda, maka engkau tetap setia. Saat yang lain penuh prahara, maka dengan kesabaran dan keikhlasan engkau perbaiki senyum mereka. Saat yang lain mengumbar pengorbanan dan jasa, engkau malah hanya diam dan mengukir senyum ikhlas. Selalu tercium aroma do’a malammu, selalu merindu nuraniku akan pelukan hangatmu, semoga Allah SWT memberikan kekuatan padaku untuk menjadi sosok ibu sejati sepertimu, amiin.

(Buat emakku tersayang,)

Selasa, 13 September 2011

8 Tips Menikmati Bercinta ala Kamasutra

Semua orang pastinya sudah mengenal atau mengetahui Kamasutra.Kamasutra terkenal sebagai seni bercinta yang sangat tinggi.Maka tak heran jika banyak orang memilih Kamasutra sebagai acuan untuk menikmati seks dengan penuh keseimbangan.Bukan sekedar memuaskan nafsu dalam bercinta tetapi juga menuangkan seni dalam bercinta. Diantara Tips-tips tersebut ialah :

1. Tekukan Teratai
Dalam Kamasutra posisi ini disebut posisi Indrani. Posisinya ialah dengan Wanita menekuk lutut sehingga paha dan betis berdempetan kemudian berbaring menyamping.Sementara sang Pria “menyerang” dari posisi yang paling mudah. Posisi ini memerlukan latihan karena gaya bercinta ini tidak biasa dan mempunyai seni dan tingkat kenikmatan yang tinggi.

2. Teratai Mekar
Posisi ini memiliki sensasi yang berbeda. Dapat dilakukan dengan cara Wanita tidur terlentang dan membuka kedua kaki selebar mungkin dan dengan merendahkan posisi kepala serta mengangkat bagian tengah tubuh.Kemudian Pria memeluk bagian tengah sehingga mempermudah dalam memasukkan Mr.P ke dalam.

3. Kuncup Teratai
Posisi ini hamper sama dengan posisi sebelumnya, hanya saja paha wanita di angkat dan melakukan penetrasi. Kemudian Pria bergerak kedepan dan belakang atau dapat juga melakukannya dengan gerakan zig-zag.

4. Teratai Mengunci
Kedua kaki baik kaki laki-laki maupun perempuan direntangkan lurus kearah pasangan masing-masing.Pada posisi miring, lelaki harus selalu berbaring sengan sisi kiri tubuhnya, sedangkan wanita berbaring miring pada sisi kanan.

5. Teratai Menekan
Apabila sudah dalam posisi mengunci, perempuan menekan Miss.V nya ke Mr.P dengan kedua pahanya. Gerakan menekan kedepan dan kebelakang pada penis ini akan menimbulkan seni bercinta yang luar biasa meski agak sulit tapi nikmatnya luar biasa.

6. Teratai Memeluk
Posisi ini sangat mudah dilakukan, yaiutu dengan cara salah satu paha wanita di tempatkan pada melintang paha pria.Dilakukan sembari duduk berhadapan dan kedua tangan saling berangkulan.Ciuman dan eratnya pelukan memperdalam keintiman pasangan.

7. Belahan Teratai
Posisi ini spiel sekali, yaitu dengan cara salah satu kaki perempuan di letakan di bahu pasangan,dan satunya lurus.Kmudian bergantian, kaki yang lurus diletakkan di bahu pasangan dan satunya lurus.

8. Teratai Gantung
Posisi ini memerlukan energi yang ekstra dan pengalaman.Posisi ini dilakukan dengan cara pria bersandar ke tembok dan kedua tangan wanita di lingkarkan pada leher pria sembari duduk di kedua tangan pria yang disatukan dan menyangga pantat wanita. Kedua paha wanita diletakkan dipinggang pria lalu menggerakkan dirinya dengan kakinya yang menyentuh tembok.

Sumber: http://id.shvoong.com/books/science-fiction/1872640-tips-menikmati-bercinta-ala-kamasutra/#ixzz1XrKSawxN

tips berhenti merokok

5 Alasan dan Faktor Pendorong untuk Berhenti Merokok:

1. Finansial
Tentunya ini adalah alasan/faktor pendorong yang sangat dan paling kuat. Secara hitungan sederhana saja, kalau dalam sehari menghabiskan rokok kretek favorit saya sebanyak 2 bungkus maka secara nominal nilainya sekitar Rp 10.000,00.
Kalau dikali jumlah hari dalam satu tahun maka nilainya menjadi Rp 3.650.000,00!
Jadi tinggal Anda bayangkan perasaan kita kalau membakar uang sebesar itu

2. Penampilan
Waktu masih jadi perokok, bisa dibilang penampilan saya tidak pernah bisa didefinisikan dengan jelas (maksudnya sih gak karuan alias berantakan).
Tapi sekarang setiap orang yang ketemu saya selalu berkomentar, “Wah, sekarang segeran ya kamu..”
Atau juga kadang-kadang ada tambahan komentar sebagai berikut, “Gemukan lagi…”

3. Kesehatan
Kalau ini sih sangat amat jelas sekali
Sejak saya berhenti merokok, badan saya jadi lebih enteng dan terutama aroma napas dan badan saya lumayan menurun sensasi tidak sedapnya.

4. Tren dan Gaya Hidup
Kebetulan sekarang yang lagi tren adalah tidak merokok. Selain itu sekarang di banyak tempat umum sudah mulai dilarang merokok kecuali di area-area tertentu yang sudah ditetapkan.

5. Omelan Isteri
Sejak masih pacaran sampai menikah, isteri saya (dulu sih masih calon isteri) sangat tidak suka asap rokok. Bahkan ayah mertua saya sampai harus mengasingkan diri di halaman belakang rumahnya karena protes puteri tercintanya itu kalau mau merokok.
Karena omelan yang panjang lebar dan tiada lelah berhenti itu, saya akhirnya termotivasi untuk segera berhenti merokok.



5 Kiat Berhenti Merokok:

1. Kurangi Jumlah Batang Rokok yang Dihisap per Hari
Proses untuk berhenti merokok tidak serta merta saya lakukan. Bagaimanapun juga tubuh saya yang sudah terkondisikan oleh nikotin dan tar tentunya akan melakukan aksi protes yang spartan jika mendadak suplai racun tersebut terhenti tiba-tiba.
Karena itu saya mengurangi dengan bertahap. Saya pasang target untuk mulai mengurangi jumlah batang rokok dari jumlah 36 batang per hari.
Jadi perlu waktu sampai hampir dua bulan untuk berhenti menghisap rokok kretek kesayangan saya itu.

2. Kurangi Kadar Nikotin per Batang Rokok yang Dihisap per Hari
Setelah berhasil mengurangi batang rokok kretek yang saya hisap per hari, saya berpindah menghisap rokok dengan kadar tar dan nikotin yang rendah.
Prinsip yang dipakai masih seperti di atas. Jadi dalam waktu sekitar 5 bulan saya sudah bisa total berhenti merokok.

3. Giat Olah Raga
Untuk menyeimbangkan metabolisme tubuh saya yang sudah pasti berubah itu, saya rajin olah raga. Setiap hari saya jogging sekitar 30 menit di sekitar lingkungan rumah. Kadang-kadang kalau lagi semangat pergi ke gym dekat rumah untuk latihan beban.
Lumayan, siapa tahu bisa punya badan seperti Ade Rai atau Brad Pitt

4. Kurangi Tidur Larut Malam
Karena sudah terbiasa kerja gila-gilaan dikejar waktu tenggat penyelesaian proyek dari klien atau kantor, saya jadi sering tidur larut malam bahkan sampai subuh. Kadang-kadang untuk mengusir rasa dingin, kantuk dan rasa bosan saya akhirnya jadi merokok (tentu saja ditemani segelas kopi panas).
Akhirnya saya menetapkan untuk disiplin waktu. Sekalipun kerja di rumah, saya hanya bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Kalau harus lembur karena dikejar deadline, biasanya tidak pernah lebih dari jam 10 malam.
Atau karena sedang panas-panasnya coding aplikasi software atau penasaran sama bug yang nggak ketemu-ketemu asalnya, saya tetap memaksakan diri untuk mematikan komputer tepat jam 10 malam.
Jadi saya tetap bisa tidur jam 11 malam dan bangun jam 5 pagi (sekalipun biasanya habis sholat subuh sering tidur lagi sampai jam 7

5. Mintalah Istri untuk Sering Ngomel

Kiat ini sangat ampuh buat saya. Calon isteri (sekarang sih udah jadi isteri) saya itu sangat rajin mengomeli saya kalau sudah merokok atau kerja di luar jam yang disebut tadi. Jika beliau sudah mulai bosan ngomel, biasanya saya bertanya, “Hon, kok tumben nggak ngomel?”
Maka dengan serta merta meluncurlah dengan deras tiada henti-hentinya segala petuah nan bijaksana kepada saya dari isteri saya tersebut.

Semoga saja Anda yang belum dan sudah niat untuk berhenti merokok dapat terinspirasi oleh tulisan saya tersebut

Minggu, 21 Agustus 2011

Perlunya menjaga keperawanan

Kenapa cewek perlu menjaga virginitas atau keperawanan? Pertanyaan ini sepertinya bakal menimbulkan banyak sekali jawaban. Kan tetapi di masa yang sudah semakin bebas ini, ada baiknya seorang wanita mengetahui kerugian jika melakukan sex pranikah.

Resiko dari sex pranikah yaitu hamil dan akhirnya MBA alias Married By Accident. Selain itu, sex pranikah beresiko tertular penyakit kelamin. Sebenarnya dengan alasan di atas sudah cukup untuk tidak melakukan sex pranikah. Tapi masih banyak alasan lainnya yang perlu untuk diketahui:

Sex pranikah menyebabkan kamu akan dihantui perasaan bersalah - Sekali kamu melakukannya dan meskipun mungkin tidak ada seorangpun yang tahu, rasa bersalah akan selalu menghantui. Bahkan bisa jadi kamu akan menjadi benci pada dirimu sendiri karena tidak bisa menolak tekanan untuk melakukan hubungan sex. Perasaan seperti ini memang tidak mendominasi, tapi biasanya akan selalu muncul setiap waktu dan akan selalu menjadi bagian darimu.

Kamu bisa menjadi “sexual person“ dan segala sesuatunya tidak akan pernah lagi sama seperti semula - Seperti kalau pernah mencoba sesuatu benda additif lainnya, maka ada saatnya rasa kepingin atau ketagihan akan datang. Akibatnya, pikiran akan dipenuhi dengan sex dan menggangu konsentrasi untuk hal lainnya.
Dengan kata lain : dewasa sebelum waktunya.

Sex pranikah akan mengubah cara pandangmu tentang sex selamanya - Sex seharusnya sesuatu yang sakral dan menjadi sangat indah jika dilakukan oleh pasangan suami istri. Tapi jika dilakukan sebelum menikah, maka bisa jadi sex berubah menjadi sebagai suatu yang “kotor” dan terlarang. Cara pandang ini bisa terus tertanam di benak kamu, bahkan setelah kamu menikah nantinya.

Kamu akan sulit lepas dari "The First One" - Biasanya cewek merasakan ikatan yang sulit dilepas dengan cowok yang telah dia berikan virginitasnya. Ini tidak ada hubungan dengan ketakutan kalau-kalau tidak ada cowok lain yang akan menerima dia sesudah tidak virgin. Ini masalah psikologis. Padahal, cowok belum tentu merasakan hal yang sama.

Hubungan pacaran kamu bisa berubah menjadi "All About Sex" - Pasangan pra nikah yang telah melakukan hubungan sex biasanya akan selalu mempunyai hidden agenda. Kapan dan dimana akan melakukannya.... Tidak jarang karena jadwal rahasia ini mereka harus berbohong, kepada siapa saja. Bentuk-bentuk perhatian akan menjadi bias. Apakah bener-bener tulus atau karena cuma sex. Bahkan terkadang sedang berantem hebatpun akan langsung baikan cuma gara-gara sex, dan melupakan masalah sesungguhnya.

Sex Pranikah tidak akan pernah menikmati surganya bulan madu - Karena sudah biasa melakukan hubungan sex pra nikah, maka bulan madu yang mestinya asyik dan romantis, bakal jadi seperti liburan biasa. Tidak akan pernah ada sesuatu yang berkesan untuk seumur hidupmu.

Kamu bisa menjaga reputasi dan tidak mau “nyesel” di kemudian hari - Hampir bisa dipastikan, teman-temannya akan tahu jika seorang cowok telah melakukan hubungan sex dengan pacarnya. Jadi ini merupakan rahasia umum. Dan tentu saja kamu tidak menghendaki mempermalukan dirimu seperti ini.

Jadi, jangan mengatas namakan cinta untuk urusan sex pranikah.



Maaf kawan, mungkin saya rasa ini perlu...
kita semua pasti ga mao mendapatkan sisa, siapapun orangnya....
maka dari itu, jangan pernah mencoba hal-hal yang bisa merusak cinta, kalau masalah keinginan siapa sih orangnya yang ga ingin menikmati semuanya.???
tapi sebelum hal itu terjadi, kita fikirkan terlebih dahulu apa akibat dari semua yang kita lakukan.

buat kaum cewek.!!!.
cowok tidak penah mao mendapatkan sisa.!!
pacarmu yang sekarang belum tentu akan menjadi suamimu.
jadi, sebelum semuanya hancur,
kehormatanmu hancur
keluargamu hancur,
masa depanmu hancur,
hati suamimu nanti kemungkinan besar juga akan hancur.
berfikir sebelum bertindak lebih baik daripada nikmat sesaat yang akan membawa kesengsaraan seumur hidup.

Sabtu, 20 Agustus 2011

Ternyata cinta itu.??? (kekuatan cinta)


Survei yang dilakukan perusahaan asuransi Inggris mengungkapkan bahwa rata-rata pasangan bertengkar 2.455 kali dalam satu tahun, setara dengan hampir tujuh kali sehari.

The Sun mengungkapkan alasan tunggal terbesar pertengkaran kecil adalah seseorang tidak mendengarkan apa yang dikatakan pasangannya, yang bertanggung jawab untuk kira-kira 112 pertengkaran dalam setahun.

Kejengkelan mengenai belanja yang berlebihan, terutama pada pembelian yang impulsif atau tidak penting, membuat 109 perselisihan - uang pada umumnya menjadi penyebab dari 108 pertengkaran.

Kemalasan menyebabkan 105 pertengkaran sementara mendengkur memicu 102 pertengkaran. Apa yang akan dimakan untuk makan malam menyebabkan 92 perbedaan pendapat dalam setahun dan 80 pertengkaran adalah mengenai seorang pasangan yang masuk ke rumah dengan alas kaki yang kena lumpur.

Menyetir terlalu kencang, dan apa yang akan ditonton di televisi adalah penyebab konflik lebih dari sekali seminggu.

Seks, terutama karena kurang atau waktunya, juga menyebabkan pertengkaran 88 kali dalam setahun.

Survei itu juga menunjukkan rata-rata pasangan berbeda pendapat mengenai mendisiplinkan anak-anak sebanyak 88 kali, dan 79 perselisihan lebih lanjut mengenai memanjakan mereka.

Dan, bahkan ada 69 perselisihan karena seseorang tidak cukup mengatakan "Aku mencintaimu."

Angka itu diungkapkan dalam penelitian yang melibatkan 3.000 orang, baik pasangan menikah maupun yang berpacaran, oleh asuransi rumah Esure.

"Bertengkar setiap hari merupakan bagian dari berada dalam hubungan yang normal, sehat. Pasangan yang hidup bersama secara normal harus bertahan tanpa mengeluh satu sama lain mengenai gangguan yang lain sehari-hari, bahkan bila mereka bisa terbukti menjadi sangat menjengkelkan," kata seorang juru bicara.

empat cara atasi patah hati

Patah hati memang menyakitkan. Luka emosional ini ternyata bisa menyebabkan luka fisik juga. Kalau anda dilanda patah hati, apa yang anda perlu lakukan? Meski terdengar klise, waktu adalah obat mujarab bagi anda untuk menyembuhkannya.

ada empat tips untuk menyembuhkan sakit karena patah hati. Mungkin awalnya terasa sulit, tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba tips berikut ini. Anda dapat mulai menghibur diri dan melihat peristiwa itu sebagai kesempatan yang baru.

1. Menangis
Anda akan merasa seperti dicampakan pada beberapa pekan pertama. tergantung sebera buruk perasaan anda. Dan anda bisa menangis setiap hari. Menangislah, karena hal itu merupakan perubahan sesungguhnya yang terjadi dalam hidup anda. Perubahan itu menyakitkan. Anda tak dapat menghapus kesedihan dalam satu kali klik. Hal itu tidak mudah. Biarkan diri anda untuk menangisi kehilangan itu, tetapi jangan terlalu lama. Berada terlalu lama di masa lalu akan melukai anda lebih jauh.

2. Berbicaralah dengan Orang Terdekat Anda (curhat)
Gunakanlah pundak seseorang yang peduli terhadap anda untuk mencurahkan semua perasaan.Hal ini merupakan sebuah cara untuk memurnikan jiwa anda guna membagi kesedihan dengan seseorang. Biarkan ia mendengar, tenang dan menawarkan pendampingan. Anda tak harus menjalankan sarannya, tetapi berbagi kenyamanan akan membuat anda lebih pulih. Pastikanlah anda bersedih dan berbagi sekali saja karena anda butuh melangkah maju.

3. Pulihkan Diri Anda
Undang seorang teman anda yang peduli dengan anda. Habiskanlah waktu anda bersama keluarga atau kawan. Anda mungkin juga jarang berbicara kepada teman anda selama beberapa pekan. Kelilingi diri anda dengan dukungan seperti itu. Menyelesaikan pekerjaan di rumah merupakan langkah bagus untuk keluar dari perasaan itu. Pergi ke pusat kebugaran, pergi jalan jalan, dan pulihkan diri anda sebagai langkah awal untuk melangkah kedepan dalam hidup anda.

4. Tataplah Masa Depan
Lupakan masa lalu, cukup sekali saja anda biarkan diri anda tenggelam dalam kesedihan. Semua itu menjadi masa lalu anda. Silakan maju ke depan.Tindakan dibutuhkan untuk memulai babak baru dalam hidup. Kini anda harus meletakan kesedihan dan kemarahan di masa lalu. Dan kini saatnya membuat harapan dan memperbaharui semua yang dapat membuat anda lebih maju. Sediakanlah waktu untuk diri anda sebagai seorang lajang, perbaharui jiwa anda agar menjadi diri sendiri.

ne bro buat semuanya yang merasa patah hati atau kecewa.
semoga bermanfaat.
terimakasih telah berkunjung.......

cerpen (Di Bawah Pohon Mahoni)



Senja
Menghindari senja, aku pun harus bertemu dengan senja itu. Menunggu kesetiaan dan kejujuran di bawah pohon mahoni yang berada di halaman sebuah bangunan TK yang sudah tua. Sebuah ayunan yang satu-satunya permainan anak yang tersisa dibuai angin kencang. Lalu, rintik hujan singgah di ayunan tersebut. Hujan semakin lebat, menyuruhku menepi ke bawah pohon mahoni. Bukan tentang hujan, sebenarnya. Tapi saat ini hujan menemaniku yang gelisah menunggu Darmawan. Hujan menjadi jurus ampuh untuk manakar kesetiaan dan kejujuran itu. Berdiri di bawah mahoni, aku bisa melihat kedatangannya dari ujung jalan. Walaupun rintik-rintik hujan dari sela-sela mahoni singgah di tubuhku.
Dari ujung jalan, Darmawan berlari melintasi hujan. Langkah cepatnya, adalah pertanyaan yang menyediakan jawaban buram untukku. Apakah itu langkah kesetiaan dan pengorbanan atau itu adalah langkah kebimbangan. Terasa darahku naik ke ubun-ubun, dadaku berdebar sangat dahsyat ketika Darmawan berada di hadapanku dengan nafas tersengal-sengal. Sebentar ia berdiri, menyaksikan bagaimana aku. Ia menggigil kedinginan bersamaan dengan air mataku yang jatuh.
“Padahal aku mengenal dirimu sebagai wanita yangkikir air mata.” Darmawan menatap tajam ke arahku
“Tapi kali ini berbeda, Mawan,” aku menyambung kata-katanya
Darmawan menarik tanganku, membawaku berlari menuju bangunan TK. Kami duduk menepi. Bersandar di bangunan Taman Kanak-Kanak yang sudah tua itu.
“Mawan!” Sapaan akrabnya yang acap kali aku panggil. “Jangan pernah berpikir aku berkorban,” kataku dengan suara yang terisak. “Pastinya dirimu mengenal bagaimana aku. Pernah aku berkorban? Untuk satu hal yang kecilpun aku tidak mau, Mawan!” Sinar mata Darmawan tajam, walau ketika itu ia basah kuyup. Saat ini, sepi sedang berada di antara kami karena Mawan tak memberi sedikit pun tanggapan. Aku duduk sejajar dengan Mawan. Daun mahoni yang disinggahi butir-butir hujan yang semakin lebat menjadi tontonan kami berdua. Tak ada instrument selain lebatnya hujan. Desah nafas Darmawan yang selalu aku dengar apabila berada di sampingnya saat ini tak terdengar.
“Aku tak akan berkorban, Mawan!” Air mataku kembali jatuh. “Sekalipun dia sahabatku.” Aku menyambung kata-kataku sambil mengusir sepi. “Tapi, berpikirlah!” Ada pertempuran besar di hatiku untuk mengeluarkan kata-kata selanjutnya. “Aku berharap dirimu menerima cintanya, jika ia lebih baik dariku. Tentang bagaimana aku, jangan hiraukan!” Aku bukan melepasmu Mawan, tapi mengukur kejujuran dan kesetiaanmu, teriakku dalam hati. Itulah kata terakhirku sebelum menyonsong hujan yang tak jua berkurang lebatnya. Tak ada lagi senja. Antara hujan dan gelap aku tinggalkan Mawan di bangunan TK tua itu. Sayup-sayup terdengar Mawan memanggilku, “Aya…!”
Pagi
Mereka bertemu di antara kabut. Bukan cerita tentang kabut, tapi kabut hadir dengan pesonanya yang memburamkan pandangan di pagi ini. Darmawan duduk di sudut bangunanTK. Ayunan yang kemarin ia lihat bersama Aya masih tertutup kabut. Sesekali Darmawan melihat ke ujuang jalan, menunggu seseorang yang akan melintasi kabut.
Kabut, tak menipiskan keinginan Reka berjalan menelusuri jalan setapak dan berhenti di sebuah bangunan TK yang sudah tua. Reka berharap Darmawan menunggunya di sana.
“Reka! Aku pikir dirimu tak akan datang.” Kata Darmawan menyambut kedatangan Reka. Reka membalasnya dengan senyum kegembiraan karena Darmawan telah menunggunya.
“Terimakasih telah menungguku!” Disapu dinginnya kabut pagi, mereka duduk di sudut TK. “Setiap berjumpa dengan dirimu, Mawan, hari selalu terasa pagi. Dan pagi ini, sangat tak kuinginkan berlalu begitu saja. Aku harap, ini adalah pagi yang membawa berita baik” Ada senyum di bibir Reka, memperindah wajahnya yang lesung pipi.
“Boleh aku mengajukan satu pertanyaan, Rek?”
“Apa?”
“Tentang sahabatmu.” Darmawan menatap lekat ke arah Reka. “Apa dirimu tak pernah tahu tentang. . .”
“Tentang kalian. Bukankah begitu, Mawan?” sekilas mereka saling bertatapan. Reka lalu melarikan pandangannya ke pohon mahoni yang diburamkan oleh kabut. “Pastinya aku tahu. Tapi cinta ini memaksaku untuk berkorban, Mawan!. Tak pernah aku inginkan kehadirannya, namun rasa ini datang tanpa aku sadari.”
“Tapi, Aya sahabatmu!”
“Sekalipun dia sahabatku!”
“Apa yang dirimu inginkan dariku, Rek? Masih banyak pria yang lebih baik dariku.”
“Itu benar. Tapi, bagiku dirimu lebih baik untukku dibanding mereka!”
“Jika Aya melepasku untukmu, apa yang dirimu lakukan agar ia juga bahagia seperti kebahagiaan yang dirimu rasakan?”
“Sekali ini aku mohon pengorbanan dari seorang Aya!”
Mereka duduk sejajar menghadap jalan setapak. Sesekali kendaraan mondar-mandir di jalan itu. “Mawan, apakah cintaku hanya akan sia-sia saja? Berharap pada seseorang yang tak mungkin akan membalasnya.”
Mawan menatap lekat mata Reka. Mereka bertemu pandang pada situasi klimaks dari cerita segitiga ini. Jawaban yang diharapkan Reka tak kunjung keluar dari mulut Darmawan. Matahari semakin merangkak ke tengah. Kabut semakin menipis. Mahoni yang tadinya tertutup kabut kini terlihat sangat jelas dengan daunnya yang hijau.
Matahari tepat di atas kepala
“Kekuranganmu membuat aku merasa nyaman. Kehadiranmu menjadi langkah semangat bagiku. Melepasmu adalah kehancuranku.” Kataku di tengah terik matahari. Aku dan Mawan bersandar di bawah mahoni. “Satu hal lagi, Mawan!”
“Apa?”
“Tak semudah itu aku memberitahunya!”
Mawan menatapku. Dapat aku baca pikirannya, seolah ingin tahu apa yang aku maksud.
“Karena dirimu belum memilih, Mawan!” Di balik dinding TK itu, aku tahu ada sepasang telinga yang me-nangkap suaraku. Mendengar pembicaraan kami. “Aku atau Reka?” aku lanjutkan kata-kataku, berharap sepasang telinga di balik diding itu juga mendengarnya.
“Apa dirimu masih menginginkan kehadiranku di sisimu, Aya? Bukan aku yang memilihnya. Tapi dirimu sendiri yang akan memberi jawaban dari semua pertanyaan dan pilihan itu!”
“Terjawab sudah kebimbanganku, Mawan!” Reka, seseorang yang berada di balik dinding itu, aku tahu pengorbananmu yang sia-sia untuk Mawan. Tapi, dia memilih aku, Ma’af! Walapun dirimu sahabatku, kata hatiku saat itu. “Kesetiaanmu tak sanggup aku lepaskan. Itulah yang ingin aku katakan.” Ucap Aya.***

oleh
Kumala Sari
Kuliah di UIN Suska Riau
Saat ini aktif di Forum Lingkar Pena

Mengenai Saya

Foto saya
Aku adalah aku, yang berdiri di padang gersang penuh ilalang.. tempat angin membawakan suara merdu gadis jelita dan suara seruling pemuda sederhana... Junior jelek..!!!!